Fallacy dalam bentuk cherry picking (memilih satu data yang mendukung tetapi mengabaikan data lain yang kontradiksi) memang sering dialami manusia yang terlalu bangga dengan keyakinan atau agamanya tetapi gagal melihat secara objektif. Hal ini juga yang dialami beberapa umat Buddha saat mendengar berita ilmuwan terkemuka Stephen Hawking menyatakan Tuhan bukan pencipta alam semesta, salah satu sumber: http://www.tempo.co/read/news/2010/09/02/095275950/Stephen-Hawking-Tuhan-Bukan-Pencipta-Alam-Semesta
Dalam waktu singkat, terdapat beberapa artikel buddhist yang menghubung-hubungkan pernyataan ini dengan ajaran Buddha yang juga tidak mengakui sosok Tuhan yang abadi, maha, pengatur alam semesta. Contoh artikel: http://artikelbuddhis.blogspot.com/2013/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Dengan penutup:
Hawking lahir sekitar 2500 tahun setelah Buddha, namun gagasan Buddha dan Hawking sejalan. Dua-duanya menolak Tuhan personal. Hawking jelas mengatakan bahwa kalaupun ia percaya tuhan, Hukum Alam adalah tuhannya dan manusia mempunyai kehendak bebas tanpa campur tangan Hukum Alam. Jadi, jelas bahwa Hawking dan ilmu pengetahuan semakin membuktikan kebijaksanaan Buddha 25 abad lampau.Memalukan. Pertama karena pernyataan Stephen Hawking mengenai ada/tidaknya Tuhan bukan pernyataan sains! Ini adalah pernyataan karena ia ateis, lebih mengarah pada pernyataan filosofis, tidak ada rumus fisika apapun yang mendukung/menolak kesimpulannya. Ilmuwan jenius lainnya seperti Isaac Newton justru mempercayai keberadaan Tuhan, dan tentu ini juga bukan pernyataan sains. Kedua, dari dulu jutaan penganut ateis sudah mengatakan hal yang sama dengan yang dikatakan Stephen Hawking, tetapi tidak pernah saya menemukan artikel buddhist mengatakan ajaran Buddha sesuai dengan pandangan ateis. Kenapa harus menunggu statemen itu keluar dari nama besar seorang Stephen Hawking? Dan dimanakah fallacy dalam hal ini? Umat Buddha yang menulis artikel semacam itu pura-pura atau memang tidak mengenal/tidak menyelidiki siapa Stephen Hawking, satu statemen Hawking didukung, tetapi bagaimana dengan statemen Hawking yang ini:
Hawking: Surga itu Cuma Dongeng
http://sains.kompas.com/read/2011/05/17/15355056/Hawking.Surga.Itu.Cuma.Dongeng
Salah satu kutipannya:
Hawking mengatakan, kematian terjadi ketika otak berhenti bekerja. "Saya menganggap otak seperti komputer yang akan berhenti bekerja ketika komponennya rusak. Tidak ada kehidupan setelah mati ataupun surga bagi komputer rusak itu. Semua itu cuma dongeng bagi orang-orang yang takut akan kegelapan," urai Hawking.Sementara Buddhisme mempercayai kelahiran kembali, dan bisa jadi kelahiran kembali tersebut di alam surga (walaupun menurut Buddhisme surga juga tidak kekal). Nah, ini adalah pendapat dari ilmuwan yang sama, kenapa pendapat ini tidak disamakan dengan Buddhisme sedangkan pendapat mengenai tidak ada tuhan disamakan dengan Buddhisme? Inilah fallacy, inilah cherry picking.
No comments:
Post a Comment