Friday, November 1, 2013

Anatta



Ajaran Buddha sering dikait-kaitkan dengan sains, namun kebanyakan bukan dikarenakan klaim-klaim penganutnya, tentu ada buddhis yang membahas ajaran Buddha dalam hubungannya dengan sains, ada yang membahasnya dengan ilmu cocoklogi (ilmu amatiran yang memperdalam teknik mencari-cari kesamaan dua hal yang tidak sama, khususnya antara sains dan agama) seperti yang dilakukan juga oleh penganut ajaran lain, ada yang membahasnya secara objektif  dan apa adanya seperti blog ini.

Tetapi apalah artinya klaim yang dilakukan buddhis yang hanya segelintir yang mau melakukannya, kenyataannya sains sendiri lah yang berkembang dan ternyata pada banyak hal klop dengan sebuah ajaran berusia sekitar 2.500 ini.

Monday, October 28, 2013

Kelirulogi Dari Sang Hyang Adi Buddha Sampai Sun Go Kong


Ajaran Buddha yang dikenal saat ini berasal dari ajaran Siddhattha Gotama yang diperkirakan hidup sekitar 563-483 SM, setelah tercerahkan sempurna sebagai seorang Buddha, Beliau mengajar selama 45 tahun berkelana di Lembah Gangga, India.

Perkembangan ajaran Buddha sangat luas, namun dalam perkembangannya ke berbagai belahan dunia, ajaran Buddha tercampur dengan kepercayaan, budaya, atau legenda setempat sehingga sering menyebabkan salah kaprah bagi mereka yang tidak memahami Buddhisme. Contohnya di Indonesia, beberapa anggapan yang tidak benar antara lain adalah:

Saturday, October 12, 2013

Ajaran Buddha: Dilarang Membunuh Binatang?


Buddhisme sangat terbuka dengan kritik dan pertanyaan, tidak sedikit buddhis yang menyelidiki dengan seksama sutta-sutta tanpa langsung mempercayainya, hal ini sesuai dengan Kalama Sutta yang dibabarkan Buddha yang mendorong kita untuk menyelidiki suatu pandangan/ajaran tanpa terikat oleh dogma dan fanatisme, ajaran Buddha sendiri tidak bersifat dogmatis, perkataan Buddha bukan perintah yang harus dituruti atau tidak boleh dipertanyakan, Buddha mendorong agar kita menyelidiki apakah sesuatu bermanfaat atau tidak, sesuai Dhamma dan Vinaya atau tidak. 

Sebenarnya tidak terlalu banyak kritikan atau pertanyaan menyangkut ajaran Buddha, setidaknya yang cukup menantang, umumnya kritikan/pertanyaan yang diajukan pada umat Buddha dikarenakan ketidaktahuan sang penanya mengenai dasar ajaran Buddha, dengan memberikan pengertian mengenai Buddhisme, kritik/pertanyaan itu dapat terjawab tanpa kesulitan.

Friday, October 11, 2013

Tumimbal Lahir?


Istilah "tumimbal lahir" adalah suatu misteri tersendiri yang saya belum ketemu jawabannya. Kata ini tidak ada di KBBI (http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php), kata dasar "tumimbal" juga tidak diketahui, apakah kata dasarnya "tumim" atau "mimbal" atau "tumimbal" sendiri sudah merupakan kata dasar. Kata ini juga tidak pernah disebut KECUALI dalam artikel-artikel dan istilah umat Buddha di Indonesia.

Sebenarnya maksud "tumimbal lahir" adalah kelahiran kembali, atau dalam bahasa Inggris adalah "rebirth", atau "punabvhava" dalam bahasa Pali. Saya pribadi memilih menyebut "kelahiran kembali" atau sekalian menggunakan bahasa Inggris "rebirth" yang jauh lebih jelas daripada "tumimbal lahir".

6 Indria


Sering terdengar bahwa Buddhism sejalan dengan sains, sebenarnya kalimat ini agak salah, yang benar adalah sains sejalan dengan Buddhism. Karena Buddhism sudah ada sekitar 2500 tahun yang lalu dan sains modern baru muncul belakangan, maka jika ada kesesuaian diantara keduanya, kalimat yang benar adalah sains (yang baru ada belakangan ini) sejalan dengan Buddhisme (yang sudah lebih dulu ada).

Tetapi patut dicatat, tidak semua sains modern selaras dengan Buddhisme, sains masih berkembang sedangkan ajaran Buddha sudah dibabarkan sempurna tanpa perlu penambahan. Sebenarnya Buddhisme tidak membutuhkan pengakuan sains untuk pembenaran ajarannya, hal itu bukanlah tujuan ajaran Buddha, tetapi ya, beberapa perkembangan sains - tanpa cocologi - memang terbukti selaras dengan Buddhisme.

Pencatutan Nama Albert Einstein Untuk Mendukung Buddhisme


"Jika ada agama yang sejalan dengan kebutuhan ilmu pengetahuan modern, agama itu adalah agama Buddha" ~ Albert Einstein.

Kutipan ini ada di buku terkenal yang termasuk International Best Seller yaitu "The Joy of Living" oleh Yongey Mingyur Rinpoche dan Eric Swanson, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi "Keceriaan Hidup", kutipan itu ada di halaman 17.

Lagi-lagi ini adalah salah kaprah, main comot seenaknya tanpa sumber yang jelas, kenyataannya hanya buku dan website buddhis yang menuliskan dan memperbanyak kutipan palsu ini. Buddhisme adalah salah satu agama yang sedikit hoax dan memang seharusnya tidak gemar membuat hoax karena bertentangan dengan sila 4 dari Pancasila yang berbunyi "Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar /berbohong, berdusta, fitnah, omongkosong (nilai kejujuran)guna mencapai samadi.".

Para penyebar kutipan ini juga gagal menjalankan Kalama Sutta: jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, dan seterusnya. Padahal apa sulitnya mencari sumber otentik di zaman Internet ini, jika tidak ketemu sumber yang otentik, maka jangan dipaksakan ada. Jika ketemu sumber otentik yang menolak hal itu, maka akui bahwa kutipan itu palsu dan sebarkan apa yang benar, Buddhisme tidak membutuhkan dukungan fiktif.

Pencatutan Nama Stephen Hawking Untuk Mendukung Buddhisme


Fallacy dalam bentuk cherry picking (memilih satu data yang mendukung tetapi mengabaikan data lain yang kontradiksi) memang sering dialami manusia yang terlalu bangga dengan keyakinan atau agamanya tetapi gagal melihat secara objektif. Hal ini juga yang dialami beberapa umat Buddha saat mendengar berita ilmuwan terkemuka Stephen Hawking menyatakan Tuhan bukan pencipta alam semesta, salah satu sumber: http://www.tempo.co/read/news/2010/09/02/095275950/Stephen-Hawking-Tuhan-Bukan-Pencipta-Alam-Semesta

Ketuhanan adalah Nibbana?


Adalah Romo Cornelis Wowor yang menulis mengenai "Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Buddha" mengatakan: 
Ketuhanan Yang Maha Esa, dalam bahasa Pali adalah "Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang" yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
Pendapat pribadi Romo Cornelis Wowor ini banyak dijadikan rujukan umat buddhis saat menjawab pertanyaan "Adakah Tuhan dalam agama  Buddha?", tetapi apa yang dikatakan Romo bukanlah apa yang diajarkan Buddha, itu  bukan Buddhism.